LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI
“OBAT KARDIOVASKULER DAN
DIURETIK”
Oleh :
Nama : Wahdaniah
Nim : 10 01 018
Kelompok : V (Lima)
Nama asisten : Apolarosa Tjendra
Tanggal Praktikum : 28 Oktober 2011
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
SEKOLAH TINGGI ILMU
FARMASI
M A K A S S A R
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Sejak terjadinya konsepsi
sampai meninggal, jantung berdenyut secara ritmik dan kontinyus untuk
mempertahankan kehidupan. Beberapa penyakit timbul seiring dengan penurunan
fungsi organ. Obat-obat kardiovaskuler adalah obat-obat yang secara langsung
dapat memulihkan fungsi otot jantung dan pembuluh darah yang terganggu ke
keadaan normal.
Diuretik adalah obat yang
dapat menambah kecepatan pembentukkan urin, istilah diuresis mempunyai dua
pengertian. Pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi,
dan yang kedua menunjukkan jumlah penegeluaran zat-zat terlarut dan air. Fungsi
utama obat diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel
kembali menjadi normal.
Seorang farmasis juga
harus memiliki pengetahuan anatomi dan fisiologis kardiovaskuler dan organ yang
berperan pada proses diuresis dalam upaya memberikan pengetahuan tentang
obat-obat kardiovaskuler dan diuretika dan pelayanan yang optimal.
Hipertensi ialah meningkatnya
tekanan darah dari tekanan darah normalnya.hipertensi terjadi karena beberapa
faktor, diantaranya ialah pola hidup yang kurang baik dan emosi yang tidak
dapat dikendalikan. Untuk mencegah
penyakit tersebut terjadi kita harus memiliki pola hidup sehat, diantaranya mengatur
pola makan, beristirahat cukup, dan berolahraga cukup. Tetapi jika penyakit
hipertensi sudah terjadi terlebih dahulu, salah satu cara yang harus dilakukan
untuk menurunkan atau menyembuhkan hipertensi adalah dengan pengobatan.
Ilmu farmasi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang obat-obatan, mulai dari penemuan bahan baku obat, cara pembuatan obat,
pemasaran obat, hingga pelayanan tentang obat. Segala hal tentang obat tersebut
harus diketahui oleh farmasis seperti penyimpanan yang baik, cara mengkonsumsi
obat dengan baik, reabsorbsi obat didalam tubuh, reaksi atau efek obat dalah
tubuh, dosis berapa ia menyebabkan toksik pada pasien, dan obat-obat apa saja
yang tidak dapat dikonsumsi dengan obat tersebut. Sehingga seorang farmasis
dituntut untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan obat itu sendiri.
Oleh karena itu, dilakukan
percobaan ini untuk mengetahui beberapa obat yang merupakan golongan obat
hipertensi termasuk diuretika yang diberikan pada hewan coba Mencit (Mus musculus), dan pemberian zat uji seperti kopi pada probandus untuk melihat efek
kafein terhadap tekanan darah.
I. 2. Maksud dan Tujuan
Percobaan
I. 2. 1. Maksud Percobaan
Melihat dan mengamati efek
obat golongan antihipertensi dan obat golongan diuretik.
I. 2. 2. Tujuan Percobaan
1. Menentukan efek hipertensi dengan pemberian kopi pada
probandus dengan mengamati tekanan darahnya.
2. Mengetahui efek obat-obat diuretik yaitu Furosemid, Spironolakton
dan Hidroclorothiazida pada hewan coba mencit (Mus musculus) dengan
mengamati efek diuresisnya.
I. 3. Prinsip Percobaan
1.
Antihipertensi
Penetuan efek hipertensi pada probandus dengan mengukur
tekanan darah setelah pemberian zat uji (kopi), dan dibandingkan dengan
literatur.
2.
Diuretik
Penetuan efek beberapa
obat diuretik yaitu Furosemid. Spironolakton, dan Hidroclorothiazida
berdasarkan respon pada hewan coba Mencit (Mus
musculus) berupa frekuensi dan volume urine total selama diuresis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Teori Umum
A.
Kardiovaskuler
1)
Anatomi
Jantung
Otot jantung bergaris lintang, sama seperti otot
rangka, otot jantung mempunyai miofibril khas yang mengandung filamen aktin dan
miosin yang hampir identik dengan filamen aktin dan miosin yang terdapat pada
otot rangka. Tempat sel-sel otot jantung sangat kuat berikatan sehingga bila
satu sel-selnya terangsang, potensial aksi menyebar kesemua sel dan menyebar
keseluruh kisi-kisi yang saling berhubungan. Jantung berukuran sebesar kepalan
tangan pemiliknya dan terletak dirongga thorax (dada). (1 : 164)
Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari
rongga dada (thorax), diantara kedua paru.
Ø Bagian depan dilindungi oleh sternum dan
tulang-tulang iga setinggi kosta ke-3 sampai ke-4.
Ø Dinding samping berhubungan dengan paru-paru dan
faises mediastinalis.
Ø Dinding atas setinggi thorakal ke-6 dan servikal
ke-2 berhubungan dengan aorta, pulmonalis, dan bronkus dekstra dan sinistra.
Ø Dinding belakang, mediastinum posterior oesofagus,
aorta desenden, vena azigos, dan kolumna vertebra torakalis.
Ø Bagian bawah berhubungan dengan diafragma. (1 :
164)
Dua pertiga jantung berada disebelah kiri sternum. Apeks jantung, berada di
sela iga keempat atau kelima pada garis tengah klavicula. Pada dewasa rata-rata
panjangnya kira-kira 12 cm da lebar 9 cm dengan berat 300 sampai 400 gram. (1 :
164)
~
Lapisan
Jantung
Dinding
jantung terdiri dari 3lapisan :
1. Lapisan luar (epikardium)
2. Lapisan tengah (Miokardium)
3. Lapisan dalam (endokardium)
(2)
~
Ruang
– Ruang Jantung
Jantung terdiri dari 4 ruang,
yaitu 2 berdinding tipis disebut atrium(serambi) dan 2 berdinding tebal
disebut ventrikel (bilik). (2)
1. Atrium (2)
a. Atrium kanan berfungsi sebagai
penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh. Kemudian darah dipompakan ke
ventrikel kanan melalui katub dan selanjutnya ke paru.
b. Atrium kiri menerima darah yang
kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis.
Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katub dan
selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.
Kedua atrium dipisahkan
oleh sekat yang disebut septum atrium.
2. Ventrikel (2)
Merupakan alur alur otot yang
disebut trabekula. Alur yang menonjol
disebut muskulus papilaris, ujungnya dihubungkan dengan
tepi daun katub atrioventrikuler oleh serat yang disebut korda
tendinae.
a. Ventrikel kanan menerima darah
dari atrium kanan dan dipompakan ke paru melalui arteri
pulmonalis.
b. Ventrikel kiri menerima darah dari atrium
kiri dan dipompakan keseluruh tubuh melalui aorta
Kedua ventrikel dipisahkan
oleh sekat yang disebut septum ventrikel.
~
Katup
Katup Jantung
1. Katup atrioventrikuler
Terletak antara atrium dan
ventrikel. Katup yang terletak diantara atrium kanan
dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah daun katup (
trikuspid). Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri
dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup (
Mitral). Memungkinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel pada
fase diastole dan mencegah aliran balik pada fase sistolik.
(2)
2. Katup Semilunar
a. Katup Pulmonal terletak
pada arteri pulmonalisdan memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan.
b. Katup Aorta terletak antara ventrikel kiri
dan aorta. (2)
Kedua katup ini mempunyai bentuk
yang sama terdiri dari 3 buah daun katup yang simetris. Hanya katup ini
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke
arteri selama sistole dan
mencegah aliran balik pada waktu diastole. (2)
Pembukaan katup terjadi pada
waktu masing-masing ventrikel berkontraksi, dimana tekanan ventrikel
lebih tinggi dari tekanan didalam pembuluh darah arteri.
~
Pembuluh
Darah Koroner
1. Arteri
Dibagi
menjadi dua :
a. Left Coronary Arteri (LCA) :
left main kemudian bercabang besar menjadi: left anterior
decending arteri (LAD), Left Circumplex Arteri
(LCX)
2. Vena: vena tebesian, vena
kardiaka anterior, dan sinus koronarius.
(2)
Gambar II. 1. Gambar bagian-bagian jantung
Keterangan :
6. Aorta
9. Right Atrium
10. Right Ventricle
11. Left Atrium
12. Left Ventricle
15. Tricuspid Valve
16. Mitral Valve
17. Pulmonary Valve
2)
Denyut
Jantung dan Aktivitas Denyut Jantung
Bagian-bagian jantung secara normal berdenyut
dengan urutan teratur. Kontraksi atrium (sistolik atrium) diikuti oleh
kontraksi ventrikel (sistolik ventrikel), dan selama diastolik semua empat
rongga jantung dalam keadaan relaksasi. Denyut jantung berasal dari sistem
penghantaran jantung yang khusus dan menyebar melalui sistem ini ke semua
bagian miokardium. Struktur yang membentuk sistem penghantar adalah simpul
sinoatrial (simpul SA), lintasan antar simpul di atrium, simpul atrioventrikular
( simpul AV). Berbagai bagian sistem
penghantaran, dan pada keeadaan abnormal, bagian-bagian miokardium mampu
mengeluarkan listrik spontan. Meskipun demikian, simpul SA secara normal
mengeluarkan listrik paling cepat, depolarisasi menyebar dari sini ke bagian
lain sebelum mengeluarkan listrik secara spontan. Karena itu simpul SA
merupakan pacu jantung normal, kecepatannya mengeluarkan listrik menentukan
frekuensi denyut jantung. Impuls yang dibentuk dalam simpul SA berjalan melalui
lintasan atrium ke simpul AV, melalui
simpul ini sampai ke otot ventrikel. (3
: 525)
3)
Blok Jantung
Kadang-kadang penghantaran impuls melalui jantung
dihambat pada suatu tempet kritis dalam sistem hhantaran. Salah satu tempat
tersering adalah diantara atrium dan ventrikel, keadaan ini disebut blok atrioventrikular. Hal ini dapat diakibatkan
oleh kerusakan atau depresi terbatas dari serabut junctional AV atau berkas AV.
Sebab-sebabnya meliputi berbagai prosesinfeksi, perangsangan nervus vagus yang
berlebihan (yang menekan konduktivitas serabut junctional), Kerusakan terbatas
berkas AV olehh plak arteriosklerotik, atau penekanan yang disebabkan oleh berbagai
macam obat-obatan. (4 : 364)
4) Hipertensi
Tekanan darah sistol
(angka atas) adalah titik puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan
menumpahkan darah keluar arteri,
sedangkan tekanan darah diastol (angka bawah) diambil ketika tekanan jatuh
ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali. (5 : 58)
Hipertensi didefenisikan
dengan meningkatnaya tekanan darah arteri yang persisten. Penderita dengan
Tekanan Darah Diastolik (TDD) kurang dari 90 mmHg dan Tekanan Darah Sistolik
(TDS) lebih besar sama dengan 140 mmHg mengalami hipertensi sistolik terisolasi.
Krisis hipertensi ( tekanan darah diatas 180/120 mmHg) dapat dikategorikan
sebagai hipertensi darurat (meningkatnya tekanan darah akut atau disertai
kerusakan organ) atau hipertensi gawat (beberapa tekanan darah meningkat tidak
akut) (6 : 119).
Tabel II. 1. Klsifikasi
Tekanan Darah Orang Dewasa
Klasifikasi
|
Sistolik (mmHg)
|
|
Diastolik (mmHg)
|
Normal
|
< 120
|
Dan
|
< 80
|
Prehipertensi
|
120 - 139
|
Atau
|
80 – 89
|
Tahap 1 hipertensi
|
140 - 159
|
Atau
|
90 – 99
|
Tahap 2 hipertensi
|
≥ 160
|
Atau
|
≥ 100
|
(6 : 119)
Multifaktor yang dapat
menimbulkan hipertensi primer, adalah (6 : 119-110) :
*
Ketidaknormalan humoral
meliputi Sistem Ranin Angiotensin Aldosteron (SRAA), hormaon natriuretik, atau
hiperinsulinemia.
*
Masalah patologi pada
sstem saraf pusat, serabut saraf otonom, volume plasma, dan kontriksi arteriol.
*
Defisiensi senyawa
ssintesis lokal vasodilator pada endotelium vaskuler, misalnya prostasiklin,
bradikinin, dan nitrit oksida, atau terjadinya peningkatan produksi senyawa
vasokonstriktor, seperti angiotensin II dan endotelin I.
*
Asupan natrium tinggi dan
peningkatan sekresi hormon natriuretik yang menginhibisi transport natrium
intraseluler, menghasilkan peningkatan reaktivitas vaskuler dan tekanan darah.
*
Peningkatan konsentrasi
kalium intraseluler, memicu perubahan vaskuler, fungsi otot halus dan
peningkatan resisten vaskuler perifer.
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi dalam dua
kelompok, yaitu (7 : 342) :
a.
Hipertensi esensial atau primer
atau idiopatik yaitu hipertensi tanpa kelainan
dasar patologi yang jelas, lebih dari 90% kasus merupakan esensial
penyebanya multifaktorial meliputi genetik dan lingkungan.
b.
Hipertensi sekunder meliputi 5
– 10% kasus hipertensi. Termasuk dalam kelompok ini antara lain hipertensi
akibat penyakit ginjal (hipertensi renal,hipetensi endokrin, kelainan saraf
pusat, obat – obatan dan lain –lain.
·
Hipertensi renal, dapat berubah
hipertensi renovaskular misalnya pada
stenosis arteri, renalis vaskulitis intrarenal, dan hipertensi akibat
lesi parenkim ginjal seperti pada glomerulonefritis, pielonefritis, penyakit
ginjal polikistik, nefropati diabetic.
·
Hipertensi endokrin ( hiper
aldosteronisme primer, sindrom cushing,) tumor, medulla adrenal,
hipertirodisme, hiperparatiroidisme, dan lain- lain.
B.
Ginjal
Ginjal
merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk
homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur
kesetimbangan cairan dan asam basa dalam tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia,
masing-masing di sisi kiri dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak
retroperitoneal (di belakang peritoneum). Selain itu sepasang ginjal tersebut
dilengkapi juga dengan sepasang ureter, sebuah vesika urinaria
(buli-buli/kandung kemih) dan uretra yang membawa urine ke lingkungan luar
tubuh. (8)
1)
Anatomi
Ginjal
Ginjal
merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang
(masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya
retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm)
dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal
sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12),
sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun
kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5
cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan
vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan
posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.(8)
Gambar II. 2. Gambar Bagian-bagian
Ginjal
Setiap
ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan fibrus
berwarna ungu tua. Lapisan ginjal terbagi atas :
~ Lapisan luar (yaitu lapisan korteks
/ substantia kortekalis).
~ Lapisan dalam (yaitu medulla
(substantia medullaris).(8)
Bagian paling luar dari ginjal
disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla. Bagian paling dalam
disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya
piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan
jaringan ikat longgar yang disebut kapsula.(8)
(8)
Gambar II. 3. Gambar Nefron
Unit
fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu
juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai
regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara
menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan
tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan
dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil
akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.(8)
Sebuah
nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau
badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).
Setiap
korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang
berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari
arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk
filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis
yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari
darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan
tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat
arteri eferen.(8)
Tubulus
ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan filtrat
glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian
selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal.
Lengkung
Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di awal
tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan
arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak
mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif
untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian
besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus
kolektivus melalui osmosis.(8)
Cairan
mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri
dari:
· Tubulus penghubung
· Tubulus kolektivus kortikal
·
Tubulus
kloektivus medularis(8)
Tempat
lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus
juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel
juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan
menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin,
yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.(8)
2)
Mekanisme Pembentukan dan
Ekskresi Kemih
Cairan yang menyerupai
plasma difiltrasi melalui dinding kapiler glomerulus ke tubulus ke tubulus
renalis diginjal (filtrasi glomerulus). Dalam perjalanannya sepanjang tubulus
ginjal, volume cairan filtrat akan berkurang dan susunannya berubah akibat
proses reabsorbsi tubulus (penyerapan kembali air dan zat terlarut dari cairan
tubulus) dan proses sekresi tubulus untuk membentuk kemih (urine) yang akan disalurkan melalui pelvis
renalis. Dengan membandingkan susunan plasma dengan urine normal akan diperoleh gambaran betapa besarnya
perubahan-perubahan ini, serta cara hasil metabolisme dibuang dari plasma . air
serta elektrolit dan metabolit penting lainnya akan diserap kembali. Selain
itu, susunan urine dapat berubah-ubah, dan banyak mekanisme pengaturan
homeostasis yang mengurangi atau mencegah perubahan susunan cairan ekstrasel
dengan cara mengubah jumlah air dan zat terlarut tertentu yang diekskresi
melalui urine. Dari pelvis renalis, urine dialirkan kedalam vesika urinaria
(kandung kemih) untuk kemudian dikeluarkan melalui proses berkemih (miksi).
Ginjal juga berperan sebagai organ
endokrin karena menghasilkan kinin dan 1,25-dihidroksikolekalsiferol
serta membentuk dan mensekresi renin.
(3 : 671)
Diuretika akan mengurangi
kongesti pulmonal dan edema perifer. Obat-obat ini berguna mengurangi gejala
volume urine berlebihan, termasuk ortopnea dan dispnea nokturna proksimal.
Diuretik menurunkan volume plasma dan selanjutnya menurunkan venous return ke
jantung (preload). Ini mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Diuretik juga menurunkan afterload dengan mengurangi volume plasma sehingga menurunkan
tensi darah. (9 : 159)
Pada umumnya diuretika
dibagi dalam beberapa kelompok (10 : 521) :
a.
Diuretika lengkungan
Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat, tetapi
agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema
otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis-efek curam, artinya bila dosis
dinaikkan efeknya (diuresis) senantiasa bertambah. Seperti furosemid, bumetanida, etakrinat.
b.
Derivat Thiazida
Efeknya lebih lemah dan lebih lambat, tetapi
bertahan lebih lama (6-24 jam) dan terutama digunakan pada terapi pemeliharaan
hipetensi dan kelemahan jantung. Seperti
hidroclorothiazida, klortalidon, mefrusida, indapamida, dan klopamida.
c.
Diuretika penghemat kalium
Efek obat-obat ini hanya lemah dan khusus
digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Seperti antagonis aldosteron (spironolakton, kanrenoat).
d.
Diuretika osmotic
Obat-obat ini diabsorbsi sedikit oleh tubuli,
hingga reabsorbsi air juga terbatas. Efeknya adalah diuresis osmotis dengan ekskresi
air kuat dan relatif sedikit ekskresi Na+. Seperti manitol, sorbitol
e.
Perintang-karbonahidrase
Zat ini merintangi enzim karbonahidrase di
tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat, juga Na+ dan K+
diekskresikan lebih banyak dengan air. Seperti asetazolamida.
C.
Beberapa Obat Golongan
Antihipertensi dan Diuretik
1.
Spironolakton
Spironolakton merupakan obat golongan diuretik penyimpan
atau penghemat kalium, yaitu antagonis aldosteron. Mekanisme kerja Spironolakton
adalah memblok secara kompetitif ikatan aldosteron pada reseptor sitoplasmanya
di tubulus distal akhir dan dalam tubulus penampung. Dengan demikian aldosteron
tidak dapat masuk ke inti sel bersama reseptornya, dan sintesis yang dinamakan
protein yang diinduksi aldosteron tak terjadi. Protein ini berfungsi membuka
saluran Natrium dalam membran sel lumen. Akibatnya absorpsi akan berkurang dan
pada saat bersamaan absorbsi kalium berkurang. Olehnya, Spironolakton bekerja
setelah periode laten beberapa jam. (11 :573-574)
Spironolakton secara kompetitif memblok ikatan aldosteron
pada reseptor sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi Na+ (Cl-
dan H2O) dan menurunkan sekresi
K+ yang diperkuat oleh listrik. Spironolakton merupakan
diuretik lemah, karena hanya 2% dari reabsorpsi Na+ total yang yang berada di bawah kendali
aldosteron. Spironolakton terutama digunakan pada penyakit hati dengan asites,
sindrom Conn (hiperaldosteronisme primer), dan gagal jantung berat. (12 : 35)
2.
Furosemid
Furosemid merupakan golongan obat diuretik, yaitu
diuretik jerat henle. Semua diuretik jerat henle bekerja pada cabang menaik
yang tebal dari jerat henle, karena merupakan diuretika yang bekerja kuat
(diuretika plafon tinggi). (11 : 571)
Sifat khas senyawa ini adalah kerjanya singkat akan
tetapi amat intensif. Karena itu, pada dosis rendah dan sedang terlihat
penurunan laju ekskresi yang relatif cepat. Lebih dari 30% ion natrium yang
difiltrasi pada pemberian obat dengan dosis yang cocok akan dapat diekskresi.
Obat ini juga dapat mengekskresi ion kalium dan magnesium lebih banyak. (11 :
572)
Diuretik jerat henle tipe Furosemid sangat bermanfaat
jika diperlukan kerja yang cepat dan intensif, seperti misalnya pada udem
paru-paru. Disamping itu, jug digunakan pada diuresis yang dipaksakan. (11 :
572)
Mekanisme kerja Furosemid bahwa senyawa ini dari tepi
lumen ( cepat dan bolak-balik) memblok pembawa Na+/K+/2Cl-
dan dengan cara ini menghambat absorbsi ion natrium, ion kalium dan ion klorida
dalam cabang tebal jerat henle menaik. (11 : 572)
Untuk dapat bekerja dari daerah lumen, senyawa ini dari
aliran darah harus masuk ke cairan tubulus. Transpor terutama terjadi melalui
sekresi aktif tubulus proksimal. Ini menjelaskan mengapa pada insufisiensi
ginjal yang proses sekresinya dipengaruhi, diperlukan dosis yang lebih tinggi
dan saat mulai kerja juga lebih lambat. Pada pemberian secara oral, diuretika
jerat henle tipe Furosemid diabsorbsi dengan cepat tetapi tidak sempurna.
Ekskresi senyawa terutama melalui ginjal disamping ekskresi melalui empedu. (11
: 572)
3.
Hidroclorothiazid
Obat ini merupakan golongan obat diuretik, yaitu
thiazida. Senyawa ini masih mempunyai kerja inhibisi lemah pada
karboanhidratase, tetapi ia mempunyai juga sebuah kerja baru yang lain dan
lebih kuat saluretiknya daripada inhibitor karboanhidratase murni. Secara
kualitatif, obat ini mempunyai kerja terapeutik yang besar. (11 : 569-570)
4.
Β-bloker
Merupakan obat yang baik untuk hipertensi dengan angina
stabil kronik, tapi dapat memperberat gejala angina Prinzmetal, sehingga
pemberiannya pada pasien hipertensi dengan angina harus memperhatikan perbedaan
kedua jenis angina ini. (7 : 347)
5.
Reserpin
Reserpin merupakan obat
pertama yang diketahui dapat menghambat sistem saraf simpatis pada manusia, dan
penggunaannya menandai era baru dalam pengobatan hipertensi secara efektif.
Pemberian reserpin mengakibatkan turunnya curah jantung dan resistensi perifer.
Hipotensi ortostatik jarang terjadi pada dosis rendah yang dianjurkan.
Frekuensi dunyut jantung dan sekresi renin berkurang. Pada pemakaian jangka
panjang sering terjadi retansi air dan menyebabkan pseudotoleransi, terutama
bilaa tidak disertai dengan pemberian diuretik. (7 : 350)
II. 2. Uraian Hewan
II. 2. 1.
Karakteristik Hewan Coba
Mencit (Mus
musculus) (13 : 94-95)
* Mencit (Mus
musculus) adalah hewan pengerat yang cepat berkembang biak, mudah
dipelihara dalam jumlah banyak.
* Mencit dapat hidup dalam berbagai iklim baik dalam
kandang maupun secara bebas sebagai hewan liar,oleh karena itu Mencit banyak
digunakan di laboratorium.
* Kehadiran manusia akan menghambat aktivitas Mencit
* Mencit bila diperlakukan dengan halus akan mudah
dikendalikan tetapi sebaliknya bila diperlakukan dengan kasar akan menjadi
agresif bahkan menggigit.
* Bila ada Mencit jantan baru dicampurkan ke dalam kelompok
yang sudah stabil susunannya, maka mereka akan berkelahi untuk menentukan
pemimpin kelompok tersebut.
* Mencit betina yang sedang menyusui akan mempertahankan
sarangnya dan bila anaknya dipegang oleh tangan kotor induknya akan menggigit
dan memakan anaknya.
* Mencit dapat mencapai umur 2 – 3 tahun.
* Lama kehamilan 19- 21 hari, mulai dikawinkan untuk jantan
30 hari dan betina 50 – 60 hari.
Masa pubertas :
35 hari
Masa beranak :
Sepanjang tahun
Masa hamil :
19-20 hari
Jumlah sekali lahir :
4-12 ekor
Masa tumbuh :
6 bulan
Masa menyusui :
21 hari
Frekuensi kelahiran :
4 tiap tahun
Suhu tubuh
: 37,9oC-39,2oC
Laju respirasi :
136-216 per menit
Tekanan darah :
147 per 106 mmHg
Volume darah :
7,3 % berat badan
Luas permukaan :
92 K3g3 dimana,
K = 11,4 dan
g = berat badan.
II. 2. 2. Klasifikasi Hewan Coba
Mencit (Mus
musculus) (13 : 94)
Mencit
merupakan salah satu jenis hewan pengerat dan mudah berkembang biak yang
memilki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Chordata
Sub Phylum :
Vertebrata
Class :
Mammalia
Subclass :
Theria
Ordo :
Rodentia
Family :
Muridae
Genus :
Mus
Spesies :
Mus musculus
Manusia (Homo sapiens)
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Craniata
Sub Phylum :
Vertebrata
Class :
Mammalia
Subclass :
Theria
Ordo :
Primata
Family :
Hominidae
Genus :
Homo
Spesies :
Homo sapiens
II. 3. Uraian Bahan
1. Na CMC (14 : 401)
Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama lain : Natrium karboksimetilselulosa
RM/BM : C23H46N2O6.H2SO4.H2O/694,85
Rumus Bangun :
OH
|
OH
|
OH
|
CH2OCH2COONa
|
O
|
CH2OCH2COONa
|
O
|
O
|
n
|
Pemerian : Serbuk atau
butiran putih atau
putih kuning
gading tidak
berbau/hampir tidak berbau,
higroskopik.
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam
air, membentuk
suspensi koloidal,
tidak larut dalam
etanol
(95%), dalam eter
dan dalam pelarut organik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pensuspensi
obat/sampel.
Khasiat : Sebagai kontrol.
2. Air suling (14 : 96)
Nama resmi :
AQUA DESTILLATA
Nama lain :
Air suling
RM/BM :
H2O / 18,02
Pemerian :
Cairan jernih, tidak
berbau, tidak berwarna, dan
tidak mempunyai
rasa.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan :
Pelarut.
3. Furosemid (7, 10, 14 )
Nama resmi :
FUROSEMIDUM
Sinonim :
Furosemida, Furosemid
Rumus bangun :
RM/BM :
C12H11CIN2O5S/330,74
Pemerian :
Serbuk hablur, putih atau hampir
putih , tidak
berbau, hampir
tidak berasa.
Kelarutan :
Praktis tidak larut dalam air dan dalam kloroform
p, larut dalam
75 bagian etanol
(95%) p, dan
dalam 850 bagian
eter p, larut dalam larutan alkali
hidroksida.
Farmakodinamik :
Menghambat reabsorbsi elektrolit diansa
henle
asendens bagian epitel tebal, tempat
kerjanya
dipermukaan sel
epitel bagian luminal, memiliki
daya hambat
terhadap enzim karbonik anhidrase
yang lama
meningkatkan ekskresi Na, Ca, K.
Farmakokinetik :
Diserap oleh saluran cerna, bioavabilitinya 65%
diserap melalui sistem transport
asam organik
yang ada ditubulus
proksimal.
Dosis :
600 mg/hari
Komposisi :
Bentuk sediaan :
Tablet
Indikasi :
Kontra Indikasi :
Efek samping :
Mekanisme kerja :
Khasiat :
Kegunaan :
Sebagai sampel
Penyimpanan :
dalam wadah tertutup baik.
4. Hidroklorotiazidum (7, 10, 14)
Nama resmi :
HYDROCHORTHIAZIDINCOMPERSSI
Sinonim :
Tablet hidroklorotiazid, tablet HCT
Rumus bangun :
RM/BM : C7H8CIN3O4S2/297,74
Pemerian :
Serbuk hablur, putih atau
hampir putih tidak
berbau, agak
pahit.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air,
dalam kloroform p,
dan dalam eter p,
larut dalam 200 bagian etanol
(95%) p, dan dalam 20 bagian aseton p, larut
dalam larutan
alkali hidroksida.
Farmakodinamik :
Meningkatkan ekskresi Na, Cl dan sejumlah air,
menghambat reabsorbsi elektrolit pada tubuli
distal, menurunkan
tekanan darah, dengan efek
langsung terhadap
asterial atau vasodilatasi.
Farmakokinetik :
Absorbsi melalui saluran
cerna baik sekali,
didistribusi
kesaluran ekskresi dan dapat melalui
saluran urin dan
ditimbang dalam jaringan ginjal.
Dosis : Edema (25-200 mg/hari)
Bentuk sediaan :
Tablet
Indikasi :
Kontra Indikasi :
Efek samping :
Khasiat :
Komposisi : Mengandung 25 mg hidroklorotiazid
Kegunaan :
Sebagai sampel.
5. Spironolakton (7, 10, 14)
Nama resmi :
SPIRONOLACTONUM
Sinonim : Spironolakton
Rumus bangun :
RM/BM : C24H32O4S/416,60
Pemerian : Serbuk, kuning tua, tidak berbau
atau berbau atau
berbau asam tiosetat
lemah, rasa agak pahit.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air,
larut dalam 80 bagian
etanol (95%) p,
dalam 3 bagian kloroform P dan
dalam 100 bagian
eter P.
Farmakokinetik :
Mulai kerjanya setelah 2-3 hari
dan bertahan
sampai beberapa hari pula setelah pengobatan,
daya diuretisnya
agak lambat
maka harus
dikombinasikan
dengan diuretik lainnya.(8)
Farmakodinamik :
Menghemat eksresi
kalium, aldesteron men-
stimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi K, proses ini
dihambat secara
kompetitif (saingan)
oleh
antagoni
aldesteron.(8)
Efek samping :
Pada penggunaan lama dan dosis tinggi efeknya
antiadrogen dengan gynocomastie, gangguan
potensi, dan libido pada pria, sedangkan pada
wanita nyeri buah dada
dan gangguan haid, pada tikus ternyata berefek karsinogen, maka hendaknya
digunakan untuk jangka waktu pendek.(8)
Penyimpanan :
Dalam wadah terlindung dari cahaya
Kegunaan : Sebagai sampel (obat diuretikum)
Dosis : Sekali 50 mg, sehari 400 mg.
Bentuk sediaan :
Tablet 100 mg Spironolakton.
Indikasi :
Kontra Indikasi :
Efek samping :
Khasiat :
II. 4. Prosedur Kerja
a.
Uji Hipertensi
Probandus dikelompokkan menjadi tiga. Tiap kelompok
terdiri dari dua probandus. Masing-masing probandus diukur tekanan darah awal,
kemudian di beri zat uji (kopi) yang berbeda yaitu kopi tubruk, kopi kapal api,
dan kopi torabika, dan diukur tekanan darah probandus setelah pemberian zat uji
(kopi) pada selang waktu 20, 40 dan 60
menit.
b.
Uji Diuretik
Hewan coba (Mencit) ditimbang dan dikelompokkan menjadi tiga.
Tiap kelompok terdiri dari dua ekor Mencit. Masing-masing Mencit diberi sediaan
obat yang berbeda yaitu hidrochlorothiazida, spironolakton, dan furosemid,
kemudian dicatat frekuensi diuresis dan diukur volume total urinenya.
BAB III
METODE KERJA
III. 1. Alat dan Bahan
III. 1. 1. Alat
*
Batang pengaduk
*
Gelas piala
*
Hot plate
*
Jarum suntik
*
Kanula
*
Lumpang dan alu
*
Papan datar bulat
(platform)
*
Spigmomanometer
*
Spoid
*
Stetoskop
*
Stopwatch
*
Timbangan analitik
*
Timbangan mencit
III. 1. 2. Bahan
*
Air suling (aquades)
*
Furosemid
*
Hidrochlorothiazida (Htc)
*
Kertas perkamen
*
Kopi Kapal Api
*
Kopi Torabika
*
Kopi Tubruk
*
Na CMC
*
Spironolakton
*
Tissue
III. 2. Cara Kerja
III. 2. 1. Penyiapan Hewan
Coba
1.
Dipilih hewa coba Mencit
yang berbadan sehat.
2.
Mencit yang akan digunakan
terlebih dahulu dipuasakan kurang lebih 8 jam namun tetap diberi minum.
3.
Mencit ditimbang dengan
berat diatas 20 gram dan dibagi menjadi 3 kelompok, tiap kelompok sebanyak 2
ekor Mencit.
4.
Mencit diberi tanda agar
mudah dikenali.
III. 2. 2. Penyiapan Bahan
A.
Pembuatan Na CMC
1.
Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2.
Ditimbang Na CMC sebanyak 3,5 gram.
3.
Dipanaskan aquadest pada suhu 70˚ C kemudian
dimasukkan dalam lumpang
sebanyak 20 ml.
4.
Didispersikan Na CMC secara
merata diatas air dan setelah mengembang, digerus hingga homogen.
5.
Diencerkan dengan aquadet
sisa sedikit demi sedikit hingga 350 ml sambil diaduk hingga homogen.
6.
Dimasukkan dalam wadah
(gelas kimia).
B.
Pembuatan sediaan Furosemid
1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Ditimbang tablet Furosemid
satu per satu sebanyak 5 tablet, digerus, kemudian ditimbang kembali sesuai
perhitungan dosis.
3.
Dimasukkan 10 ml Na CMC
kedalam gelas beker.
4.
Didispersikan serbuk Furosemid
kedalam Na CMC, dan diaduk hingga homogen.
C.
Pembuatan sediaan Spironolakton
1.
Disiapkan alat dan bahan.
2.
Ditimbang tablet
Spironolakton satu per satu sebanyak 5 tablet, digerus, kemudian ditimbang
kembali sesuai perhitungan dosis.
3.
Dimasukkan 10 ml Na CMC
kedalam gelas beker.
4.
Didispersikan serbuk Spironolakton
kedalam Na CMC, dan diaduk hingga homogen.
D.
Pembuatan sediaan Hidroclorothiazida
1.
Disiapkan alat dan bahan.
2.
Ditimbang tablet
Hidroclorothiazida satu per satu sebanyak 5 tablet, digerus, kemudian ditimbang
kembali sesuai perhitungan dosis.
3.
Dimasukkan 10 ml Na CMC
kedalam gelas beker.
4.
Didispersikan serbuk
Hidroclorothiazida kedalam Na CMC, dan diaduk hingga homogen.
III. 2. 3. Perlakuan Hewan
A.
Uji Hipertensi
5.
Kelompok probandus pertama
terdiri dari 2 orang, laki-laki dan perempuan. Masing-masing probandus diukur
tekanan darah awal, kemudian di beri zat uji (kopi kapal api) dan diukur
tekanan darah probandus setelah pemberian kopi pada selang waktu 20, 40 dan 60
menit.
6.
Kelompok probandus kedua
terdiri dari 2 orang, laki-laki dan perempuan. Masing-masing probandus diukur
tekanan darah awal, kemudian di beri zat uji (kopi torabika) dan diukur tekanan
darah probandus setelah pemberian kopi pada selang waktu 20, 40 dan 60 menit.
7.
Kelompok probandus ketiga terdiri
dari 2 orang. Masing-masing probandus diukur tekanan darah awal. Probandus
pertama diberi kopi tubruk, probandus kedua sebagai kontrol yang diberi zat uji
(kopi tubruk) dan diukur tekanan darah probandus setelah pemberian kopi pada
selang waktu 20, 40 dan 60 menit.
B.
Uji Diuretik
1.
Kelompok Mencit pertama
terdiri dari dua ekor Mencit. Mencit pertama diberi sediaan obat
Hidroclorothiazida (Htc) secara per oral dan Mencit kedua diberi Na CMC sebagai
kontrol. Dicatat frekuensi diuresis dan diukur volume urinenya.
2.
Kelompok Mencit kedua
terdiri dari dua ekor Mencit. Masing-masing mencit diberi sediaan obat Spironolakton
secara per oral. Dicatat frekuensi diuresis dan diukur volume urinenya.
3.
Kelompok Mencit ketiga
terdiri dari dua ekor Mencit. Masing-masing mencit diberi sediaan obat Furosemid
secara per oral. Dicatat frekuensi diuresis dan diukur volume urinenya.
4.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV. 1. Tabel Hasil
Pengamatan
a.
Uji Diuretik
No.
|
Bobot Mencit (gram)
|
Zat Uji
|
Waktu (menit)
|
Onset (menit)
|
Volume Total Urine (ml)
|
||||
10
|
20
|
30
|
40
|
50
|
|||||
1
|
22
|
Na CMC
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
22
|
Hidroclorothiazida
|
-
|
-
|
-
|
-
|
*
|
50
|
0,1
|
3
|
22
|
Spironolakton
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
20
|
Spironolakton
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
22
|
Furosemid
|
-
|
-
|
-
|
*
|
-
|
32
|
0,2
|
6
|
22
|
Furosemid
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
b.
Uji Hipertensi
No.
|
Nama
Probandus
|
Zat Uji
|
Tekanan Darah Awal (mmHg)
|
Tekanan Darah Setelah diberi Zat Uji (mmHg)
|
||
20’
|
40’
|
60’
|
||||
1
|
Gusti Ayu
|
Kopi Kapal Api
|
110/70
|
120/80
|
120/90
|
120/90
|
2
|
Muh. Rahmat
|
Kopi Kapal Api
|
110/80
|
110/90
|
120/90
|
130/90
|
3
|
Inoni
|
Kopi Torabika
|
130/80
|
110/90
|
120/80
|
110/70
|
4
|
Muin Arkom D
|
Kopi Torabika
|
140/90
|
120/90
|
120/80
|
120/70
|
5
|
Imelda Mercy
|
Air Putih
|
130/80
|
120/80
|
130/80
|
120/80
|
6
|
Zeth Sangka R
|
Kopi Tubruk
|
120/90
|
120/80
|
120/90
|
120/90
|
BAB V
PEMBAHASAN
Telah diketahui
bahwa tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan peningkatan tekanan darah didalam arteri.
Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari jantung dan dialirkan
ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
bukan berarti emosi yang berlebihan, walaupun emosi dan stres dapat
meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu.
Pada percobaan
ini, dilakukan uji hipertensi pada probandus dengan mengukur tekanan darahnya
dan diberikan kopi yang merupakan salah satu bahan yang bila dikonsumsi dapat
menyebabkan meningkatnya tekanan darah, karena mengandung kofein. Kemudian
diukur kembali tekanan darahnya pada selang waktu 20 menit, 40 menit, dan 60
menit.
Kofein adalah
alkanoid yang terdapat dalam biji kopi. Kopi mengandung 24 zat, yang terpenting
adalah kofein (1-25%). Kofein bekerja
menstimulasi SSP, dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk, juga daya konsentreasi dan
kecepatan reaksi ditingkatkan, serta prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki.
Kofein juga dapat memperkuat kontraksi jantung, vasodilatasi dan diuretis.
Kofein diabsorpsi dalam usus, waktu paruhnya 3-5 jam. Dalam hati, zat ini
diuraikan hampir tuntas dan dikeluarkan lewat urine.
Tekanan darah
normal orang dewasa pada umumnya adalah 120/80 mmHg, jika tekanan darah berada
diatas tekanan darah normal ( sistol > 120 mmHg, diastol > 80 mmHg) maka
akan menyebabkan hipertensi, dan tekanan darah dibawah tekanan darah normal (
sistol < 120 mmHg, diastol < 80 mmHg) maka akan terjadi hipotensi.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pemberian kopi pada
beberapa probandus menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Kelompok probandus
pertama terdiri dari dua orang yang diberi Kopi Kapal Api .Tekanan darah awal
probandus pertama adalah 110/70 mmHg, 20 menit setelah diberi Kopi Kapal Api,
tekanan darahnya meningkat menjadi 120/80 mmHg, dan dimenit ke 40 dan 60,
tekanan darahnya meningkat menjadi 120/90 mmHg. Tekanan darah awal probandus
kedua adalah 110/80 mmHg, 20, 40, dan 60 menit setelah pemberian Kopi Kapal
Api, tekanan darah probandus berturut-turut adalah 110/90, 120/90 dan 130/90
mmHg. Data pengamatan tersebut membuktikan bahwa Kopi Kapal Api dapat
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Kelompok probandus kedua diberi Kopi Torabika. Tekanan
darah awal probandus pertama adalah 130/80 mmHg. 20, 40, dan 60 menit setelah
pemberian Kopi Torabika, tekanan darah probandus berturut-turut adalah 110/90,
120/80 dan 110/70 mmHg. Tekanan darah awal probandus kedua adalah 140/90 mmHg,
20, 40, dan 60 menit setelah pemberian Kopi Torabika, tekanan darah probandus
berturut-turut adalah 120/90, 120/80 dan 120/70 mmHg. Data pengamatan tersebut
tidak membuktikan adanya peningkatan tekanan darah. Yang tampak sebaliknya,
yaitu penurunan tekanan darah. Hal ini mungkin disebabkan karena kadar kofein
yang tidak terlalu tinggi.
Kelompok probandus ketiga diberi Kopi Tubruk dan
pemberian air putih sebagai kontrol. Tekanan darah awal probandus pertama yang
diberi Kopi Tubruk adalah 120/90 mmHg. 20, 40, dan 60 menit setelah pemberian kopi,
tekanan darah probandus berturut-turut adalah 120/80, 120/90 dan 120/90 mmHg.
Data hasil pengamatan ini tidak menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah,
hal ini mungkin disebabkan karena sebelum mengkonsumsi kopi, kopi tersebut
tidak diaduk sehingga endapan didasar gelas
bersisa, dan pada endapan tersebutlah terdapat kadar kofein yang cukup
tinggi. Tekanan darah awal probandus kedua adalah 130/80 mmHg. 20, 40, dan 60
menit setelah pemberian air putih, tekanan darah probandus berturut-turut
adalah 120/80, 130/80 dan 120/80 mmHg.
Diuretika akan mengurangi kongesti pulmonal dan edema
perifer. Obat-obat ini berguna mengurangi gejala volume urine berlebihan. Diuretik
menurunkan volume plasma dan selanjutnya menurunkan venous return ke jantung
(preload). Ini mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen. Diuretik
juga menurunkan afterload dengan mengurangi volume plasma sehingga menurunkan
tensi darah.
Pada percobaan
ini, dilakukan uji diuretika pada hewan coba Mencit dengan mengamati dan
mencatat frekuensi diuresis dan mengukur volume diuresisnya selama 50 menit.
Furosemid bekerja dari tepi lumen ( cepat dan
bolak-balik) memblok pembawa Na+/K+/2Cl- dan
dengan cara ini menghambat absorbsi ion natrium, ion kalium dan ion klorida
dalam cabang tebal jerat henle menaik.
Sedangkan Spironolakton merupakan obat golongan diuretik
penyimpan atau penghemat kalium, yaitu antagonis aldosteron. Mekanisme kerja Spironolakton
adalah memblok secara kompetitif ikatan
aldosteron pada reseptor sitoplasmanya di tubulus distal akhir dan dalam
tubulus penampung. Dengan demikian aldosteron tidak dapat masuk ke inti sel
bersama reseptornya, dan sintesis yang dinamakan protein yang diinduksi
aldosteron tak terjadi. Akibatnya absorpsi
akan berkurang dan pada saat bersamaan absorbsi kalium berkurang.
Dari hasil
pengamatan yang dilakukan, pada pemberian obat diuretika menunjukkan hasil yang
berbeda-beda. Kelompok Mencit pertama terdiri dari dua ekor mencit. Mencit
pertama diberi Na CMC sebagai kontrol, dan tidak tampak terjadinya diuresis. Sedangkan
pada pemberian obat Hidrochlorothiazida pada mencit kedua, tampak terjadi
diuresis pada menit ke 50, volume total urinenya adalah 0,1 ml.
Kelompok
mencit ke dua diberi obat Spironolakton, dan kedua mencit yang diberikan obat
tersebut tidak menunjukkan diuresis. Sedangkan pada kelompok mencit ke tiga
diberi obat Furosemid, menunjukkan adanya diuresis pada menit ke 32 dengan
volume diuresis sebanyak 0,2 ml. Dan mencit kedua yang diberi obat Furosemid
tidak menunjukkan diuresis.
Menurut
literatur, Furosemid merupakan obat diuretik yang bekerja pada bagian ansa
henle asenden, hidrochlorothiazida bekerja pada bagian tubulus distal (penyerap), sedangkan Spironolakton merupakan
obat golongan diuretik yang memiliki efek diuretik lemah, dan merupakan
diuretik penghemat kalium dan
meningkatkan reabsorbsi Na dan
Cl. Dari hasil pengamatan tersebut, menunjukkan bahwa Furosemid bekerja lebih
cepat dan volume diuresisnya lebih banyak, karena bekerja pada bagian ansa
henle asenden. Hidroclorothiazida bekerja agak lambat dibandingkan dengan
Furosemid, karena Hidroclorothiazida bekerja pada bagian. Tubulus distal,
sehingga waktu obat untuk sampai pada bagian tersebut sedikit lebih lama.
Sedangkan Spironolakton tidak tampak adanya diuresis, mungkin karena konsntrasi
obat atau volume pemberian obat yang belum cukup.
Terjadi beberapa kesalahan pada percobaan
ini, diantaranya ialah dari hasil pengamatan, pemberian kopi pada beberapa
probandus tidak menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal tersebut mungkin
disebabkan karena kopi yang akan diminum tidak diadu terlebih dahulu, kondisi
kesehatan pasien yang kurang normal, kesalahan dalaam pengukuran tekanan darah,
atau alat pengukur tekanan darah (spigmomanometer) yang kurang baik. Kesalahan
lain pada prraktikum diantaranya, beberapa obat tidak menimbulkan efek yang
diinginkan pada hewan coba yaitu diuresis. Hal tersebut mungkin disebabkan
karena kesalahan pada saat pembuatan sediaan obat sebelum diberikan kepada
hewan coba, obat yang sudah tidak layak pakai, atau kesalahan cara pemberian.
BAB VI
PENUTUP
VI. 1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan diperoleh :
·
Kopi yang memiliki efek peningkatan
tekanan darah yang tinggi diantara
ketiga kopi (Kopi Kapal Api, Kopi Torabika, Kopi Tubruk) adalah Kopi Tubruk,
karena mengandung kadar kofein yang tinggi.
·
Obat yang memiliki efek
diuresis yang tinggi diantara ketiga obat yang digunakan (furosemid,
hidrochlorothiazida, dan spironolakton) adalah obat furosemid.
VI. 2. Saran
Mungkin lebih baik jika percobaan obat hipertensi dan
diretika digunakan senyawa lain yang dapat menybabkan hipertansi seperti
minuman penambah stamina, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Setiadi, Anatomi dan Fisiologi Manusia, Graha
Ilmu : Yogyakarta, 2007
http://fraxawant.wordpress.com/2008/07/16/anatomi-fisiolgi-sistem-cardivasculer/, Akses
Tanggal 30 Oktober 2011
3.
Ganong, F., William, Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20, penerbit buku
Kedokteran EGC : Jakarta,
2001
4.
Guyton, Fisiologi
Manusia dan Mekanisme
Penyakit, Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta,1987
5.
Tim Penyusun,
Penuntun Praktikum Farmakologi
Toksikologi, STIFA :
Makassar, 2011
6.
Sukandar, Yulinah, Elin,
dkk, ISO Farmakoterapi, ISFI : Jakarta, 2009
7.
Gunawan, Gan,
Sulistia, Farmakologi dan Terapi
Edisi 5, UI : Jakarta, 2009
8.
Wikipedia, Anatomi Ginjal Dan Saluran Kemih,
9.
Mycek J.
Mary, dkk, Farmakologi Ulasan
Bergambar Edisi II ,
Widya
Medika
: Jakarta, 1995
10.
Tjay, Hoan,
Tan, dan Rahardja, Kirana, Obat-Obat Penting Edisi
Ke Enam,
Alex Media Komputindo :
Jakarta, 2007
11.
Mutschler, Ernst, Dinamika
Obat Edisi Kelima, ITB : Bandung, 1991
12.
Neal, J., Michael, Farmakologi
Medis Edisi Kelima, Erlangga : Jakarta, 2003
13.
Malole, M. B.
M., Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium,
ITB
: Bandung, 1989
14.
Depkes
RI, Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Depkes RI : Jakarta, 1979
Tidak ada komentar:
Posting Komentar