Selasa, 18 September 2012

farmakologi stifa kebangsaan



LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI
“OBAT KARDIOVASKULER DAN DIURETIK”





Oleh :
Nama                                       : Wahdaniah
Nim                                : 10 01 018
Kelompok                      : V (Lima)
Nama asisten                 : Apolarosa Tjendra
Tanggal Praktikum        : 28 Oktober 2011


LABORATORIUM FARMAKOLOGI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
M A K A S S A R
2011
BAB I
PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang
Sejak terjadinya konsepsi sampai meninggal, jantung berdenyut secara ritmik dan kontinyus untuk mempertahankan kehidupan. Beberapa penyakit timbul seiring dengan penurunan fungsi organ. Obat-obat kardiovaskuler adalah obat-obat yang secara langsung dapat memulihkan fungsi otot jantung dan pembuluh darah yang terganggu ke keadaan normal.
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukkan urin, istilah diuresis mempunyai dua pengertian. Pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi, dan yang kedua menunjukkan jumlah penegeluaran zat-zat terlarut dan air. Fungsi utama obat diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal.
Seorang farmasis juga harus memiliki pengetahuan anatomi dan fisiologis kardiovaskuler dan organ yang berperan pada proses diuresis dalam upaya memberikan pengetahuan tentang obat-obat kardiovaskuler dan diuretika dan pelayanan yang optimal.
Hipertensi ialah meningkatnya tekanan darah dari tekanan darah normalnya.hipertensi terjadi karena beberapa faktor, diantaranya ialah pola hidup yang kurang baik dan emosi yang tidak dapat dikendalikan. Untuk  mencegah penyakit tersebut terjadi kita harus memiliki pola hidup sehat, diantaranya mengatur pola makan, beristirahat cukup, dan berolahraga cukup. Tetapi jika penyakit hipertensi sudah terjadi terlebih dahulu, salah satu cara yang harus dilakukan untuk menurunkan atau menyembuhkan hipertensi adalah dengan pengobatan.
 Ilmu farmasi merupakan ilmu yang mempelajari tentang obat-obatan, mulai dari penemuan bahan baku obat, cara pembuatan obat, pemasaran obat, hingga pelayanan tentang obat. Segala hal tentang obat tersebut harus diketahui oleh farmasis seperti penyimpanan yang baik, cara mengkonsumsi obat dengan baik, reabsorbsi obat didalam tubuh, reaksi atau efek obat dalah tubuh, dosis berapa ia menyebabkan toksik pada pasien, dan obat-obat apa saja yang tidak dapat dikonsumsi dengan obat tersebut. Sehingga seorang farmasis dituntut untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan obat itu sendiri.
Oleh karena itu, dilakukan percobaan ini untuk mengetahui beberapa obat yang merupakan golongan obat hipertensi termasuk diuretika yang diberikan pada hewan coba Mencit (Mus musculus), dan pemberian zat uji seperti kopi pada probandus untuk melihat efek kafein terhadap tekanan darah.
I. 2. Maksud dan Tujuan Percobaan
I. 2. 1. Maksud Percobaan
Melihat dan mengamati efek obat golongan antihipertensi dan obat golongan diuretik.
I. 2. 2. Tujuan Percobaan
1.      Menentukan efek hipertensi dengan pemberian kopi pada probandus dengan mengamati tekanan darahnya.
2.      Mengetahui efek obat-obat diuretik yaitu Furosemid, Spironolakton dan Hidroclorothiazida pada hewan coba mencit (Mus musculus) dengan mengamati efek diuresisnya.
I. 3. Prinsip Percobaan
1.      Antihipertensi
Penetuan efek hipertensi pada probandus dengan mengukur tekanan darah setelah pemberian zat uji (kopi), dan dibandingkan dengan literatur.
2.      Diuretik
Penetuan efek beberapa obat diuretik yaitu Furosemid. Spironolakton, dan Hidroclorothiazida berdasarkan respon pada hewan coba Mencit (Mus musculus) berupa frekuensi dan volume urine total selama diuresis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Teori Umum
A.    Kardiovaskuler
1)      Anatomi Jantung
Otot jantung bergaris lintang, sama seperti otot rangka, otot jantung mempunyai miofibril khas yang mengandung filamen aktin dan miosin yang hampir identik dengan filamen aktin dan miosin yang terdapat pada otot rangka. Tempat sel-sel otot jantung sangat kuat berikatan sehingga bila satu sel-selnya terangsang, potensial aksi menyebar kesemua sel dan menyebar keseluruh kisi-kisi yang saling berhubungan. Jantung berukuran sebesar kepalan tangan pemiliknya dan terletak dirongga thorax (dada). (1 : 164)
Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari rongga dada (thorax), diantara kedua paru.
Ø  Bagian depan dilindungi oleh sternum dan tulang-tulang iga setinggi kosta ke-3 sampai ke-4.
Ø  Dinding samping berhubungan dengan paru-paru dan faises mediastinalis.
Ø  Dinding atas setinggi thorakal ke-6 dan servikal ke-2 berhubungan dengan aorta, pulmonalis, dan bronkus dekstra dan sinistra.
Ø  Dinding belakang, mediastinum posterior oesofagus, aorta desenden, vena azigos, dan kolumna vertebra torakalis.
Ø  Bagian bawah berhubungan dengan diafragma. (1 : 164)
Dua pertiga jantung berada disebelah kiri sternum. Apeks jantung, berada di sela iga keempat atau kelima pada garis tengah klavicula. Pada dewasa rata-rata panjangnya kira-kira 12 cm da lebar 9 cm dengan berat 300 sampai 400 gram. (1 : 164)

~        Lapisan Jantung
Dinding jantung terdiri dari 3lapisan :
1.      Lapisan luar (epikardium)
2.      Lapisan tengah (Miokardium)
3.      Lapisan dalam (endokardium) (2)
~        Ruang – Ruang Jantung
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 berdinding tipis disebut atrium(serambi) dan 2 berdinding tebal disebut  ventrikel (bilik). (2)
1.      Atrium (2)
a.       Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan melalui katub  dan selanjutnya ke paru.
b.       Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katub dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.
Kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut  septum  atrium.
2.      Ventrikel (2)
Merupakan alur alur otot yang disebut trabekula. Alur yang menonjol disebut   muskulus papilaris, ujungnya dihubungkan dengan tepi daun katub atrioventrikuler oleh serat yang disebut korda tendinae.
a.       Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.
b.      Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan keseluruh tubuh melalui aorta
Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut  septum ventrikel.
~        Katup Katup Jantung
1.      Katup atrioventrikuler
Terletak antara  atrium  dan  ventrikel. Katup yang terletak diantara  atrium  kanan dan  ventrikel  kanan mempunyai 3 buah daun katup  ( trikuspid). Sedangkan katup yang terletak diantara  atrium  kiri dan  ventrikel  kiri mempunyai dua buah daun katup ( Mitral). Memungkinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel pada fase  diastole  dan mencegah aliran balik pada fase sistolik. (2)
2.      Katup Semilunar
a.    Katup Pulmonal terletak pada arteri pulmonalisdan memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan.
b.    Katup Aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta. (2)
Kedua katup ini mempunyai bentuk yang sama terdiri dari 3 buah daun katup yang simetris. Hanya katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing-masing  ventrikel  ke arteri  selama sistole dan mencegah aliran balik pada waktu diastole. (2)
Pembukaan katup terjadi pada waktu masing-masing ventrikel berkontraksi, dimana tekanan ventrikel  lebih tinggi dari tekanan didalam pembuluh darah arteri.
~        Pembuluh Darah Koroner
1.      Arteri
Dibagi menjadi dua :
a.    Left Coronary Arteri (LCA) : left main kemudian bercabang besar menjadi: left  anterior decending arteri (LAD), Left Circumplex Arteri  (LCX)
2.      Vena: vena tebesian, vena kardiaka anterior, dan sinus koronarius.


(2)
Gambar II. 1. Gambar bagian-bagian jantung
Keterangan :

1.      Right Coronary
3.      Left Circumflex
4.      Superior Vena Cava
5.      Inferior Vena Cava
6.      Aorta
7.      Pulmonary Artery
8.      Pulmonary Vein
9.      Right Atrium


2)      Denyut Jantung dan Aktivitas Denyut Jantung
Bagian-bagian jantung secara normal berdenyut dengan urutan teratur. Kontraksi atrium (sistolik atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistolik ventrikel), dan selama diastolik semua empat rongga jantung dalam keadaan relaksasi. Denyut jantung berasal dari sistem penghantaran jantung yang khusus dan menyebar melalui sistem ini ke semua bagian miokardium. Struktur yang membentuk sistem penghantar adalah simpul sinoatrial (simpul SA), lintasan antar simpul di atrium, simpul atrioventrikular ( simpul  AV). Berbagai bagian sistem penghantaran, dan pada keeadaan abnormal, bagian-bagian miokardium mampu mengeluarkan listrik spontan. Meskipun demikian, simpul SA secara normal mengeluarkan listrik paling cepat, depolarisasi menyebar dari sini ke bagian lain sebelum mengeluarkan listrik secara spontan. Karena itu simpul SA merupakan pacu jantung normal, kecepatannya mengeluarkan listrik menentukan frekuensi denyut jantung. Impuls yang dibentuk dalam simpul SA berjalan melalui lintasan atrium ke simpul  AV, melalui simpul ini sampai ke otot ventrikel.  (3 : 525)
3)      Blok Jantung
Kadang-kadang penghantaran impuls melalui jantung dihambat pada suatu tempet kritis dalam sistem hhantaran. Salah satu tempat tersering adalah diantara atrium dan ventrikel, keadaan ini disebut blok  atrioventrikular. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan atau depresi terbatas dari serabut junctional AV atau berkas AV. Sebab-sebabnya meliputi berbagai prosesinfeksi, perangsangan nervus vagus yang berlebihan (yang menekan konduktivitas serabut junctional), Kerusakan terbatas berkas AV olehh plak arteriosklerotik, atau penekanan yang disebabkan oleh berbagai macam obat-obatan. (4 : 364)
4)      Hipertensi
Tekanan darah sistol (angka atas) adalah titik puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan menumpahkan  darah keluar arteri, sedangkan tekanan darah diastol (angka bawah) diambil ketika tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali. (5 : 58)
Hipertensi didefenisikan dengan meningkatnaya tekanan darah arteri yang persisten. Penderita dengan Tekanan Darah Diastolik (TDD) kurang dari 90 mmHg dan Tekanan Darah Sistolik (TDS) lebih besar sama dengan 140 mmHg mengalami hipertensi sistolik terisolasi. Krisis hipertensi ( tekanan darah diatas 180/120 mmHg) dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat (meningkatnya tekanan darah akut atau disertai kerusakan organ) atau hipertensi gawat (beberapa tekanan darah meningkat tidak akut) (6 : 119).
Tabel II. 1. Klsifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa
Klasifikasi
Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)
Normal
< 120
Dan
< 80
Prehipertensi
120 - 139
Atau
80 – 89
Tahap 1 hipertensi
140 - 159
Atau
90 – 99
Tahap 2 hipertensi
≥ 160
Atau
≥ 100
(6 : 119)
Multifaktor yang dapat menimbulkan hipertensi primer, adalah (6 : 119-110) :
*        Ketidaknormalan humoral meliputi Sistem Ranin Angiotensin Aldosteron (SRAA), hormaon natriuretik, atau hiperinsulinemia.
*        Masalah patologi pada sstem saraf pusat, serabut saraf otonom, volume plasma, dan kontriksi arteriol.
*        Defisiensi senyawa ssintesis lokal vasodilator pada endotelium vaskuler, misalnya prostasiklin, bradikinin, dan nitrit oksida, atau terjadinya peningkatan produksi senyawa vasokonstriktor, seperti angiotensin II dan endotelin I.
*        Asupan natrium tinggi dan peningkatan sekresi hormon natriuretik yang menginhibisi transport natrium intraseluler, menghasilkan peningkatan reaktivitas vaskuler dan tekanan darah.
*        Peningkatan konsentrasi kalium intraseluler, memicu perubahan vaskuler, fungsi otot halus dan peningkatan resisten vaskuler perifer.


Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi dalam dua kelompok, yaitu (7 : 342) :
a.       Hipertensi esensial atau primer atau idiopatik yaitu hipertensi tanpa kelainan   dasar patologi yang jelas, lebih dari 90% kasus merupakan esensial penyebanya multifaktorial meliputi genetik dan lingkungan.
b.      Hipertensi sekunder meliputi 5 – 10% kasus hipertensi. Termasuk dalam kelompok ini antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi renal,hipetensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat – obatan dan lain –lain.
·      Hipertensi renal, dapat berubah hipertensi renovaskular misalnya pada  stenosis arteri, renalis vaskulitis intrarenal, dan hipertensi akibat lesi parenkim ginjal seperti pada glomerulonefritis, pielonefritis, penyakit ginjal polikistik, nefropati diabetic.
·      Hipertensi endokrin ( hiper aldosteronisme primer, sindrom cushing,) tumor, medulla adrenal, hipertirodisme, hiperparatiroidisme, dan lain- lain.
B.     Ginjal
Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur kesetimbangan cairan dan asam basa dalam tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia, masing-masing di sisi kiri dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal (di belakang peritoneum). Selain itu sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga dengan sepasang ureter, sebuah vesika urinaria (buli-buli/kandung kemih) dan uretra yang membawa urine ke lingkungan luar tubuh. (8)
1)      Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk  seperti kacang, terdapat sepasang (masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.(8)
Gambar II. 2. Gambar Bagian-bagian Ginjal
Setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan ginjal terbagi atas :
~     Lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis).
~     Lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris).(8)
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula.(8)
(8)
Gambar II. 3. Gambar Nefron
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.(8)
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).
Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.(8)
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal.
Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis.(8)
Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri dari:
·      Tubulus penghubung
·      Tubulus kolektivus kortikal
·      Tubulus kloektivus medularis(8)
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.(8)


2)      Mekanisme Pembentukan dan Ekskresi Kemih
Cairan yang menyerupai plasma difiltrasi melalui dinding kapiler glomerulus ke tubulus ke tubulus renalis diginjal (filtrasi glomerulus). Dalam perjalanannya sepanjang tubulus ginjal, volume cairan filtrat akan berkurang dan susunannya berubah akibat proses reabsorbsi tubulus (penyerapan kembali air dan zat terlarut dari cairan tubulus) dan proses sekresi tubulus untuk membentuk kemih  (urine) yang akan disalurkan melalui pelvis renalis. Dengan membandingkan susunan plasma dengan urine  normal akan diperoleh gambaran betapa besarnya perubahan-perubahan ini, serta cara hasil metabolisme dibuang dari plasma . air serta elektrolit dan metabolit penting lainnya akan diserap kembali. Selain itu, susunan urine dapat berubah-ubah, dan banyak mekanisme pengaturan homeostasis yang mengurangi atau mencegah perubahan susunan cairan ekstrasel dengan cara mengubah jumlah air dan zat terlarut tertentu yang diekskresi melalui urine. Dari pelvis renalis, urine dialirkan kedalam vesika urinaria (kandung kemih) untuk kemudian dikeluarkan melalui proses berkemih (miksi). Ginjal juga berperan sebagai organ  endokrin karena menghasilkan kinin dan 1,25-dihidroksikolekalsiferol serta membentuk dan mensekresi renin.   (3 : 671)
Diuretika akan mengurangi kongesti pulmonal dan edema perifer. Obat-obat ini berguna mengurangi gejala volume urine berlebihan, termasuk ortopnea dan dispnea nokturna proksimal. Diuretik menurunkan volume plasma dan selanjutnya menurunkan venous return ke jantung (preload). Ini mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen. Diuretik juga menurunkan afterload dengan mengurangi volume plasma sehingga menurunkan tensi darah. (9 : 159)


Pada umumnya diuretika dibagi dalam beberapa kelompok (10 : 521) :
a.    Diuretika lengkungan
Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat, tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis-efek curam, artinya bila dosis dinaikkan efeknya (diuresis) senantiasa bertambah. Seperti  furosemid, bumetanida, etakrinat.
b.    Derivat Thiazida
Efeknya lebih lemah dan lebih lambat, tetapi bertahan lebih lama (6-24 jam) dan terutama digunakan pada terapi pemeliharaan hipetensi dan kelemahan jantung. Seperti hidroclorothiazida, klortalidon, mefrusida, indapamida, dan klopamida.
c.    Diuretika penghemat kalium
Efek obat-obat ini hanya lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Seperti antagonis aldosteron (spironolakton, kanrenoat).
d.   Diuretika osmotic
Obat-obat ini diabsorbsi sedikit oleh tubuli, hingga reabsorbsi air juga terbatas. Efeknya adalah diuresis osmotis dengan ekskresi air kuat dan relatif sedikit ekskresi Na+. Seperti manitol, sorbitol
e.    Perintang-karbonahidrase
Zat ini merintangi enzim karbonahidrase di tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat, juga Na+ dan K+ diekskresikan lebih banyak dengan air. Seperti asetazolamida.
C.    Beberapa Obat Golongan Antihipertensi dan Diuretik
1.      Spironolakton
Spironolakton merupakan obat golongan diuretik penyimpan atau penghemat kalium, yaitu antagonis aldosteron. Mekanisme kerja Spironolakton adalah memblok secara kompetitif ikatan aldosteron pada reseptor sitoplasmanya di tubulus distal akhir dan dalam tubulus penampung. Dengan demikian aldosteron tidak dapat masuk ke inti sel bersama reseptornya, dan sintesis yang dinamakan protein yang diinduksi aldosteron tak terjadi. Protein ini berfungsi membuka saluran Natrium dalam membran sel lumen. Akibatnya absorpsi akan berkurang dan pada saat bersamaan absorbsi kalium berkurang. Olehnya, Spironolakton bekerja setelah periode laten beberapa jam. (11 :573-574)
Spironolakton secara kompetitif memblok ikatan aldosteron pada reseptor sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan menurunkan sekresi  K+ yang diperkuat oleh listrik. Spironolakton merupakan diuretik lemah, karena hanya 2% dari reabsorpsi Na+  total yang yang berada di bawah kendali aldosteron. Spironolakton terutama digunakan pada penyakit hati dengan asites, sindrom Conn (hiperaldosteronisme primer), dan gagal jantung berat. (12 : 35)
2.      Furosemid
Furosemid merupakan golongan obat diuretik, yaitu diuretik jerat henle. Semua diuretik jerat henle bekerja pada cabang menaik yang tebal dari jerat henle, karena merupakan diuretika yang bekerja kuat (diuretika plafon tinggi). (11 : 571)
Sifat khas senyawa ini adalah kerjanya singkat akan tetapi amat intensif. Karena itu, pada dosis rendah dan sedang terlihat penurunan laju ekskresi yang relatif cepat. Lebih dari 30% ion natrium yang difiltrasi pada pemberian obat dengan dosis yang cocok akan dapat diekskresi. Obat ini juga dapat mengekskresi ion kalium dan magnesium lebih banyak. (11 : 572)
Diuretik jerat henle tipe Furosemid sangat bermanfaat jika diperlukan kerja yang cepat dan intensif, seperti misalnya pada udem paru-paru. Disamping itu, jug digunakan pada diuresis yang dipaksakan. (11 : 572)
Mekanisme kerja Furosemid bahwa senyawa ini dari tepi lumen ( cepat dan bolak-balik) memblok pembawa Na+/K+/2Cl- dan dengan cara ini menghambat absorbsi ion natrium, ion kalium dan ion klorida dalam cabang tebal jerat henle menaik. (11 : 572)
Untuk dapat bekerja dari daerah lumen, senyawa ini dari aliran darah harus masuk ke cairan tubulus. Transpor terutama terjadi melalui sekresi aktif tubulus proksimal. Ini menjelaskan mengapa pada insufisiensi ginjal yang proses sekresinya dipengaruhi, diperlukan dosis yang lebih tinggi dan saat mulai kerja juga lebih lambat. Pada pemberian secara oral, diuretika jerat henle tipe Furosemid diabsorbsi dengan cepat tetapi tidak sempurna. Ekskresi senyawa terutama melalui ginjal disamping ekskresi melalui empedu. (11 : 572)
3.      Hidroclorothiazid
Obat ini merupakan golongan obat diuretik, yaitu thiazida. Senyawa ini masih mempunyai kerja inhibisi lemah pada karboanhidratase, tetapi ia mempunyai juga sebuah kerja baru yang lain dan lebih kuat saluretiknya daripada inhibitor karboanhidratase murni. Secara kualitatif, obat ini mempunyai kerja terapeutik yang besar. (11 : 569-570)
4.      Β-bloker
Merupakan obat yang baik untuk hipertensi dengan angina stabil kronik, tapi dapat memperberat gejala angina Prinzmetal, sehingga pemberiannya pada pasien hipertensi dengan angina harus memperhatikan perbedaan kedua jenis angina ini. (7 : 347)
5.      Reserpin
Reserpin merupakan obat pertama yang diketahui dapat menghambat sistem saraf simpatis pada manusia, dan penggunaannya menandai era baru dalam pengobatan hipertensi secara efektif. Pemberian reserpin mengakibatkan turunnya curah jantung dan resistensi perifer. Hipotensi ortostatik jarang terjadi pada dosis rendah yang dianjurkan. Frekuensi dunyut jantung dan sekresi renin berkurang. Pada pemakaian jangka panjang sering terjadi retansi air dan menyebabkan pseudotoleransi, terutama bilaa tidak disertai dengan pemberian diuretik. (7 : 350)
II. 2. Uraian Hewan
II. 2. 1.  Karakteristik Hewan Coba
Mencit (Mus musculus) (13 : 94-95)
*     Mencit (Mus musculus) adalah hewan pengerat yang cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak.
*     Mencit dapat hidup dalam berbagai iklim baik dalam kandang maupun secara bebas sebagai hewan liar,oleh karena itu Mencit banyak digunakan di laboratorium.
*     Kehadiran manusia akan menghambat aktivitas Mencit
*     Mencit bila diperlakukan dengan halus akan mudah dikendalikan tetapi sebaliknya bila diperlakukan dengan kasar akan menjadi agresif bahkan menggigit.
*     Bila ada Mencit jantan baru dicampurkan ke dalam kelompok yang sudah stabil susunannya, maka mereka akan berkelahi untuk menentukan pemimpin kelompok tersebut.
*     Mencit betina yang sedang menyusui akan mempertahankan sarangnya dan bila anaknya dipegang oleh tangan kotor induknya akan menggigit dan memakan anaknya.
*     Mencit dapat mencapai umur 2 – 3 tahun.
*     Lama kehamilan 19- 21 hari, mulai dikawinkan untuk jantan 30 hari dan betina 50 – 60 hari.
Masa pubertas                     : 35 hari
Masa beranak                      : Sepanjang tahun
Masa hamil                          : 19-20 hari
Jumlah sekali lahir               : 4-12 ekor
Masa tumbuh                      : 6 bulan
Masa menyusui                   : 21 hari
Frekuensi kelahiran : 4 tiap tahun
Suhu tubuh                        : 37,9oC-39,2oC
Laju respirasi                       : 136-216 per menit
Tekanan darah                    : 147 per 106 mmHg
Volume darah                     : 7,3 % berat badan
Luas permukaan                  : 92 K3g3 dimana,
                                              K = 11,4 dan  g = berat badan.
II. 2. 2. Klasifikasi Hewan Coba
Mencit (Mus musculus) (13 : 94)
Mencit merupakan salah satu jenis hewan pengerat dan mudah berkembang biak yang memilki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Sub Phylum     : Vertebrata
Class                : Mammalia
Subclass           : Theria
Ordo                : Rodentia
Family             : Muridae
Genus              : Mus
Spesies             : Mus musculus
Manusia (Homo sapiens)
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Craniata
Sub Phylum     : Vertebrata
Class                : Mammalia
Subclass           : Theria
Ordo                : Primata
Family             : Hominidae
Genus              : Homo
Spesies             : Homo sapiens

II. 3. Uraian Bahan
1.    Na CMC (14 : 401)
Nama resmi             : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama lain               : Natrium karboksimetilselulosa
RM/BM                  : C23H46N2O6.H2SO4.H2O/694,85
Rumus Bangun       :
OH
OH
OH
CH2OCH2COONa
O
CH2OCH2COONa
O
O
n
Pemerian                 : Serbuk    atau   butiran  putih   atau   putih  kuning
  gading     tidak    berbau/hampir     tidak     berbau,
  higroskopik.
Kelarutan                : Mudah    mendispersi    dalam    air,   membentuk
  suspensi   koloidal,   tidak    larut    dalam    etanol
  (95%), dalam eter dan dalam pelarut organik.
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan               : Sebagai pensuspensi obat/sampel.
Khasiat                   : Sebagai kontrol.
2.    Air suling (14 : 96)
Nama resmi             : AQUA DESTILLATA
Nama lain               : Air suling
RM/BM                  : H2O / 18,02
Pemerian                 : Cairan  jernih,  tidak  berbau,  tidak  berwarna, dan
  tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan               : Pelarut.
3.    Furosemid (7, 10, 14 )
Nama resmi             : FUROSEMIDUM
Sinonim                  : Furosemida, Furosemid
Rumus bangun        :          
  
RM/BM                  : C12H11CIN2O5S/330,74
Pemerian                 : Serbuk hablur, putih  atau  hampir  putih , tidak
 berbau, hampir tidak berasa.
Kelarutan                : Praktis tidak larut dalam air dan dalam kloroform
 p, larut  dalam  75  bagian  etanol  (95%) p, dan
 dalam 850 bagian eter p, larut dalam larutan alkali
 hidroksida.
Farmakodinamik     : Menghambat reabsorbsi  elektrolit  diansa  henle
 asendens  bagian  epitel  tebal,  tempat  kerjanya
 dipermukaan sel epitel bagian luminal, memiliki
 daya hambat terhadap enzim karbonik anhidrase
 yang lama meningkatkan ekskresi Na, Ca, K.
Farmakokinetik       : Diserap oleh saluran cerna, bioavabilitinya 65%
 diserap  melalui  sistem  transport  asam organik
 yang ada ditubulus proksimal.
Dosis                       : 600 mg/hari
Komposisi               :
Bentuk sediaan       : Tablet
Indikasi                   :
Kontra Indikasi      :
Efek samping          :
Mekanisme kerja     :
Khasiat                   :
Kegunaan               : Sebagai sampel
Penyimpanan          : dalam wadah tertutup baik.
4.    Hidroklorotiazidum (7, 10, 14)
Nama resmi             : HYDROCHORTHIAZIDINCOMPERSSI
Sinonim                  : Tablet hidroklorotiazid, tablet HCT
Rumus bangun        :
  
RM/BM                  : C7H8CIN3O4S2/297,74
Pemerian                 : Serbuk  hablur,  putih  atau  hampir  putih  tidak
 berbau, agak pahit.
Kelarutan                : Praktis tidak larut dalam air, dalam kloroform p,
 dan dalam eter p, larut dalam 200 bagian etanol  
 (95%) p, dan  dalam 20 bagian  aseton  p,  larut
 dalam larutan alkali hidroksida.
Farmakodinamik     : Meningkatkan ekskresi Na, Cl dan sejumlah air,
 menghambat  reabsorbsi  elektrolit  pada  tubuli
 distal, menurunkan tekanan darah, dengan efek
 langsung terhadap asterial atau vasodilatasi.
Farmakokinetik       : Absorbsi   melalui   saluran   cerna   baik   sekali,
 didistribusi kesaluran ekskresi dan dapat melalui
 saluran urin dan ditimbang dalam jaringan ginjal.
Dosis                      : Edema (25-200 mg/hari)
Bentuk sediaan       : Tablet
Indikasi                   :
Kontra Indikasi      :
Efek samping          :
Khasiat                   :
Komposisi               : Mengandung 25 mg hidroklorotiazid
Kegunaan               : Sebagai sampel.
5.    Spironolakton (7, 10, 14)
Nama resmi             : SPIRONOLACTONUM
Sinonim                  : Spironolakton
Rumus bangun        :
                                           
RM/BM                  : C24H32O4S/416,60
Pemerian                 : Serbuk, kuning tua, tidak berbau atau berbau atau
 berbau asam tiosetat lemah, rasa agak pahit.
Kelarutan                : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 80 bagian
 etanol (95%) p, dalam 3 bagian kloroform P dan
 dalam 100 bagian eter P.

Farmakokinetik       : Mulai  kerjanya  setelah  2-3  hari  dan  bertahan
 sampai  beberapa hari pula setelah pengobatan,
 daya   diuretisnya   agak   lambat   maka  harus  
 dikombinasikan dengan diuretik lainnya.(8)
Farmakodinamik     : Menghemat   eksresi   kalium,  aldesteron  men-
 stimulasi  reabsorbsi Na dan ekskresi K, proses ini
 dihambat   secara   kompetitif   (saingan)   oleh
 antagoni aldesteron.(8)
Efek samping          : Pada penggunaan lama dan dosis tinggi efeknya
 antiadrogen  dengan   gynocomastie,  gangguan
 potensi, dan  libido pada  pria, sedangkan pada  
 wanita nyeri buah dada dan gangguan haid, pada tikus ternyata berefek karsinogen, maka hendaknya digunakan untuk jangka waktu pendek.(8)
Penyimpanan          : Dalam wadah terlindung dari cahaya
Kegunaan               : Sebagai sampel (obat diuretikum)
Dosis                       : Sekali 50 mg, sehari 400 mg.
Bentuk sediaan       : Tablet 100 mg Spironolakton.
Indikasi                   :
Kontra Indikasi      :
Efek samping          :
Khasiat                   :
II. 4. Prosedur Kerja
a.    Uji Hipertensi
Probandus dikelompokkan menjadi tiga. Tiap kelompok terdiri dari dua probandus. Masing-masing probandus diukur tekanan darah awal, kemudian di beri zat uji (kopi) yang berbeda yaitu kopi tubruk, kopi kapal api, dan kopi torabika, dan diukur tekanan darah probandus setelah pemberian zat uji (kopi)  pada selang waktu 20, 40 dan 60 menit.
b.    Uji Diuretik
Hewan coba (Mencit) ditimbang dan dikelompokkan menjadi tiga. Tiap kelompok terdiri dari dua ekor Mencit. Masing-masing Mencit diberi sediaan obat yang berbeda yaitu hidrochlorothiazida, spironolakton, dan furosemid, kemudian dicatat frekuensi diuresis dan diukur volume total urinenya.


BAB III
METODE KERJA

III. 1. Alat dan Bahan
III. 1. 1. Alat
*        Batang pengaduk
*        Gelas piala
*        Hot plate
*        Jarum suntik
*        Kanula
*        Lumpang dan alu
*        Papan datar bulat (platform)
*        Spigmomanometer
*        Spoid
*        Stetoskop 
*        Stopwatch
*        Timbangan analitik
*        Timbangan mencit
III. 1. 2. Bahan
*        Air suling (aquades)
*        Furosemid
*        Hidrochlorothiazida (Htc)
*        Kertas perkamen
*        Kopi  Kapal Api
*        Kopi Torabika
*        Kopi Tubruk
*        Na CMC
*        Spironolakton
*        Tissue

III. 2. Cara Kerja
III. 2. 1. Penyiapan Hewan Coba
1.      Dipilih hewa coba Mencit yang berbadan sehat.
2.      Mencit yang akan digunakan terlebih dahulu dipuasakan kurang lebih 8 jam namun tetap diberi minum.
3.      Mencit ditimbang dengan berat diatas 20 gram dan dibagi menjadi 3 kelompok, tiap kelompok sebanyak 2 ekor Mencit.
4.      Mencit diberi tanda agar mudah dikenali.
III. 2. 2. Penyiapan Bahan
A.    Pembuatan Na CMC
1.    Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2.    Ditimbang Na CMC sebanyak 3,5 gram.
3.    Dipanaskan aquadest pada suhu 70˚ C kemudian dimasukkan dalam lumpang sebanyak 20 ml.
4.    Didispersikan Na CMC secara merata diatas air dan setelah mengembang, digerus hingga homogen.
5.    Diencerkan dengan aquadet sisa sedikit demi sedikit hingga 350 ml sambil diaduk hingga homogen.
6.    Dimasukkan dalam wadah (gelas kimia).
B.     Pembuatan sediaan Furosemid
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Ditimbang tablet Furosemid satu per satu sebanyak 5 tablet, digerus, kemudian ditimbang kembali sesuai perhitungan dosis.
3.    Dimasukkan 10 ml Na CMC kedalam gelas beker.
4.    Didispersikan serbuk Furosemid kedalam Na CMC, dan diaduk hingga homogen.




C.     Pembuatan sediaan Spironolakton
1.    Disiapkan alat dan bahan.
2.    Ditimbang tablet Spironolakton satu per satu sebanyak 5 tablet, digerus, kemudian ditimbang kembali sesuai perhitungan dosis.
3.    Dimasukkan 10 ml Na CMC kedalam gelas beker.
4.    Didispersikan serbuk Spironolakton kedalam Na CMC, dan diaduk hingga homogen.
D.    Pembuatan sediaan Hidroclorothiazida
1.    Disiapkan alat dan bahan.
2.    Ditimbang tablet Hidroclorothiazida satu per satu sebanyak 5 tablet, digerus, kemudian ditimbang kembali sesuai perhitungan dosis.
3.    Dimasukkan 10 ml Na CMC kedalam gelas beker.
4.    Didispersikan serbuk Hidroclorothiazida kedalam Na CMC, dan diaduk hingga homogen.
III. 2. 3. Perlakuan Hewan
A.  Uji Hipertensi
5.      Kelompok probandus pertama terdiri dari 2 orang, laki-laki dan perempuan. Masing-masing probandus diukur tekanan darah awal, kemudian di beri zat uji (kopi kapal api) dan diukur tekanan darah probandus setelah pemberian kopi pada selang waktu 20, 40 dan 60 menit.
6.      Kelompok probandus kedua terdiri dari 2 orang, laki-laki dan perempuan. Masing-masing probandus diukur tekanan darah awal, kemudian di beri zat uji (kopi torabika) dan diukur tekanan darah probandus setelah pemberian kopi pada selang waktu 20, 40 dan 60 menit.
7.      Kelompok probandus ketiga terdiri dari 2 orang. Masing-masing probandus diukur tekanan darah awal. Probandus pertama diberi kopi tubruk, probandus kedua sebagai kontrol yang diberi zat uji (kopi tubruk) dan diukur tekanan darah probandus setelah pemberian kopi pada selang waktu 20, 40 dan 60 menit.
B.  Uji Diuretik
1.      Kelompok Mencit pertama terdiri dari dua ekor Mencit. Mencit pertama diberi sediaan obat Hidroclorothiazida (Htc) secara per oral dan Mencit kedua diberi Na CMC sebagai kontrol. Dicatat frekuensi diuresis dan diukur volume urinenya.
2.      Kelompok Mencit kedua terdiri dari dua ekor Mencit. Masing-masing mencit diberi sediaan obat Spironolakton secara per oral. Dicatat frekuensi diuresis dan diukur volume urinenya.
3.      Kelompok Mencit ketiga terdiri dari dua ekor Mencit. Masing-masing mencit diberi sediaan obat Furosemid secara per oral. Dicatat frekuensi diuresis dan diukur volume urinenya.


4.       

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

IV. 1. Tabel Hasil Pengamatan
a.       Uji Diuretik
No.
Bobot Mencit (gram)
Zat Uji
Waktu (menit)
Onset (menit)
Volume Total Urine (ml)
10
20
30
40
50
1
22
Na CMC
-
-
-
-
-
-
-
2
22
Hidroclorothiazida
-
-
-
-
*
50
0,1
3
22
Spironolakton
-
-
-
-
-
-
-
4
20
Spironolakton
-
-
-
-
-
-
-
5
22
Furosemid
-
-
-
*
-
32
0,2
6
22
Furosemid
-
-
-
-
-
-
-

b.      Uji Hipertensi
No.
Nama
Probandus
Zat Uji
Tekanan Darah Awal (mmHg)
Tekanan Darah Setelah diberi Zat Uji  (mmHg)
20’
40’
60’
1
Gusti Ayu
Kopi Kapal Api
110/70
120/80
120/90
120/90
2
Muh. Rahmat
Kopi Kapal Api
110/80
110/90
120/90
130/90
3
Inoni
Kopi Torabika
130/80
110/90
120/80
110/70
4
Muin Arkom D
Kopi Torabika
140/90
120/90
120/80
120/70
5
Imelda Mercy
Air Putih
130/80
120/80
130/80
120/80
6
Zeth Sangka R
Kopi Tubruk
120/90
120/80
120/90
120/90




BAB V
PEMBAHASAN

Telah diketahui bahwa tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan  peningkatan tekanan darah didalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari jantung dan dialirkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Tekanan darah tinggi (hipertensi) bukan berarti emosi yang berlebihan, walaupun emosi dan stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu.
Pada percobaan ini, dilakukan uji hipertensi pada probandus dengan mengukur tekanan darahnya dan diberikan kopi yang merupakan salah satu bahan yang bila dikonsumsi dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah, karena mengandung kofein. Kemudian diukur kembali tekanan darahnya pada selang waktu 20 menit, 40 menit, dan 60 menit.
Kofein adalah alkanoid yang terdapat dalam biji kopi. Kopi mengandung 24 zat, yang terpenting adalah kofein (1-25%). Kofein bekerja menstimulasi SSP, dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar dan  mengantuk, juga daya konsentreasi dan kecepatan reaksi ditingkatkan, serta prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki. Kofein juga dapat memperkuat kontraksi jantung, vasodilatasi dan diuretis. Kofein diabsorpsi dalam usus, waktu paruhnya 3-5 jam. Dalam hati, zat ini diuraikan hampir tuntas dan dikeluarkan lewat urine.
Tekanan darah normal orang dewasa pada umumnya adalah 120/80 mmHg, jika tekanan darah berada diatas tekanan darah normal ( sistol > 120 mmHg, diastol > 80 mmHg) maka akan menyebabkan hipertensi, dan tekanan darah dibawah tekanan darah normal ( sistol < 120 mmHg, diastol < 80 mmHg) maka akan terjadi hipotensi.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pemberian kopi pada beberapa probandus menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Kelompok probandus pertama terdiri dari dua orang yang diberi Kopi Kapal Api .Tekanan darah awal probandus pertama adalah 110/70 mmHg, 20 menit setelah diberi Kopi Kapal Api, tekanan darahnya meningkat menjadi 120/80 mmHg, dan dimenit ke 40 dan 60, tekanan darahnya meningkat menjadi 120/90 mmHg. Tekanan darah awal probandus kedua adalah 110/80 mmHg, 20, 40, dan 60 menit setelah pemberian Kopi Kapal Api, tekanan darah probandus berturut-turut adalah 110/90, 120/90 dan 130/90 mmHg. Data pengamatan tersebut membuktikan bahwa Kopi Kapal Api dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Kelompok probandus kedua diberi Kopi Torabika. Tekanan darah awal probandus pertama adalah 130/80 mmHg. 20, 40, dan 60 menit setelah pemberian Kopi Torabika, tekanan darah probandus berturut-turut adalah 110/90, 120/80 dan 110/70 mmHg. Tekanan darah awal probandus kedua adalah 140/90 mmHg, 20, 40, dan 60 menit setelah pemberian Kopi Torabika, tekanan darah probandus berturut-turut adalah 120/90, 120/80 dan 120/70 mmHg. Data pengamatan tersebut tidak membuktikan adanya peningkatan tekanan darah. Yang tampak sebaliknya, yaitu penurunan tekanan darah. Hal ini mungkin disebabkan karena kadar kofein yang tidak terlalu tinggi.
Kelompok probandus ketiga diberi Kopi Tubruk dan pemberian air putih sebagai kontrol. Tekanan darah awal probandus pertama yang diberi Kopi Tubruk adalah 120/90 mmHg. 20, 40, dan 60 menit setelah pemberian kopi, tekanan darah probandus berturut-turut adalah 120/80, 120/90 dan 120/90 mmHg. Data hasil pengamatan ini tidak menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah, hal ini mungkin disebabkan karena sebelum mengkonsumsi kopi, kopi tersebut tidak diaduk sehingga endapan didasar gelas  bersisa, dan pada endapan tersebutlah terdapat kadar kofein yang cukup tinggi. Tekanan darah awal probandus kedua adalah 130/80 mmHg. 20, 40, dan 60 menit setelah pemberian air putih, tekanan darah probandus berturut-turut adalah 120/80, 130/80 dan 120/80 mmHg.
Diuretika akan mengurangi kongesti pulmonal dan edema perifer. Obat-obat ini berguna mengurangi gejala volume urine berlebihan. Diuretik menurunkan volume plasma dan selanjutnya menurunkan venous return ke jantung (preload). Ini mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen. Diuretik juga menurunkan afterload dengan mengurangi volume plasma sehingga menurunkan tensi darah.
Pada percobaan ini, dilakukan uji diuretika pada hewan coba Mencit dengan mengamati dan mencatat frekuensi diuresis dan mengukur volume diuresisnya selama 50 menit.
Furosemid bekerja dari tepi lumen ( cepat dan bolak-balik) memblok pembawa Na+/K+/2Cl- dan dengan cara ini menghambat absorbsi ion natrium, ion kalium dan ion klorida dalam cabang tebal jerat henle menaik.
Sedangkan Spironolakton merupakan obat golongan diuretik penyimpan atau penghemat kalium, yaitu antagonis aldosteron. Mekanisme kerja Spironolakton adalah memblok secara kompetitif  ikatan aldosteron pada reseptor sitoplasmanya di tubulus distal akhir dan dalam tubulus penampung. Dengan demikian aldosteron tidak dapat masuk ke inti sel bersama reseptornya, dan sintesis yang dinamakan protein yang diinduksi aldosteron tak terjadi. Akibatnya absorpsi akan berkurang dan pada saat bersamaan absorbsi kalium berkurang.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pada pemberian obat diuretika menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Kelompok Mencit pertama terdiri dari dua ekor mencit. Mencit pertama diberi Na CMC sebagai kontrol, dan tidak tampak terjadinya diuresis. Sedangkan pada pemberian obat Hidrochlorothiazida pada mencit kedua, tampak terjadi diuresis pada menit ke 50, volume total urinenya adalah 0,1 ml.
Kelompok mencit ke dua diberi obat Spironolakton, dan kedua mencit yang diberikan obat tersebut tidak menunjukkan diuresis. Sedangkan pada kelompok mencit ke tiga diberi obat Furosemid, menunjukkan adanya diuresis pada menit ke 32 dengan volume diuresis sebanyak 0,2 ml. Dan mencit kedua yang diberi obat Furosemid tidak menunjukkan diuresis.
Menurut literatur, Furosemid merupakan obat diuretik yang bekerja pada bagian ansa henle asenden, hidrochlorothiazida bekerja pada bagian tubulus distal  (penyerap), sedangkan Spironolakton merupakan obat golongan diuretik yang memiliki efek diuretik lemah, dan merupakan diuretik penghemat kalium dan  meningkatkan reabsorbsi  Na dan Cl. Dari hasil pengamatan tersebut, menunjukkan bahwa Furosemid bekerja lebih cepat dan volume diuresisnya lebih banyak, karena bekerja pada bagian ansa henle asenden. Hidroclorothiazida bekerja agak lambat dibandingkan dengan Furosemid, karena Hidroclorothiazida bekerja pada bagian. Tubulus distal, sehingga waktu obat untuk sampai pada bagian tersebut sedikit lebih lama. Sedangkan Spironolakton tidak tampak adanya diuresis, mungkin karena konsntrasi obat atau volume pemberian obat yang belum cukup.
Terjadi beberapa kesalahan pada percobaan ini, diantaranya ialah dari hasil pengamatan, pemberian kopi pada beberapa probandus tidak menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal tersebut mungkin disebabkan karena kopi yang akan diminum tidak diadu terlebih dahulu, kondisi kesehatan pasien yang kurang normal, kesalahan dalaam pengukuran tekanan darah, atau alat pengukur tekanan darah (spigmomanometer) yang kurang baik. Kesalahan lain pada prraktikum diantaranya, beberapa obat tidak menimbulkan efek yang diinginkan pada hewan coba yaitu diuresis. Hal tersebut mungkin disebabkan karena kesalahan pada saat pembuatan sediaan obat sebelum diberikan kepada hewan coba, obat yang sudah tidak layak pakai, atau kesalahan cara pemberian.


BAB VI
PENUTUP

VI. 1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan diperoleh :
·         Kopi yang memiliki efek peningkatan tekanan darah  yang tinggi diantara ketiga kopi (Kopi Kapal Api, Kopi Torabika, Kopi Tubruk) adalah Kopi Tubruk, karena mengandung kadar kofein yang tinggi.
·         Obat yang memiliki efek diuresis yang tinggi diantara ketiga obat yang digunakan (furosemid, hidrochlorothiazida, dan spironolakton) adalah obat furosemid.
VI. 2. Saran
Mungkin lebih  baik jika percobaan obat hipertensi dan diretika digunakan senyawa lain yang dapat menybabkan hipertansi seperti minuman penambah stamina, dan sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Setiadi,   Anatomi dan Fisiologi Manusia, Graha Ilmu : Yogyakarta, 2007
2.      Fraxawant, Anatomi Fisiolgi Sistem Cardivasculer
3.      Ganong, F., William, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20, penerbit buku
Kedokteran EGC : Jakarta, 2001
4.      Guyton,    Fisiologi   Manusia   dan   Mekanisme   Penyakit,   Penerbit   Buku
Kedokteran EGC : Jakarta,1987
5.      Tim   Penyusun,  Penuntun  Praktikum  Farmakologi   Toksikologi,   STIFA  :
Makassar, 2011
6.      Sukandar, Yulinah, Elin, dkk, ISO Farmakoterapi, ISFI : Jakarta, 2009
7.      Gunawan, Gan, Sulistia,  Farmakologi dan Terapi Edisi 5, UI : Jakarta, 2009
8.      Wikipedia, Anatomi Ginjal Dan Saluran  Kemih,
http://id.wikipedia.org/wiki/Ginjal, Akses Tanggal 30 Oktober 2011
9.      Mycek  J.  Mary,   dkk,   Farmakologi  Ulasan  Bergambar  Edisi  II ,  Widya
Medika : Jakarta, 1995
10.  Tjay,  Hoan,  Tan,  dan  Rahardja, Kirana, Obat-Obat Penting Edisi Ke Enam,
Alex Media Komputindo : Jakarta, 2007
11.  Mutschler, Ernst, Dinamika Obat Edisi Kelima, ITB : Bandung, 1991
12.  Neal, J., Michael, Farmakologi Medis Edisi Kelima, Erlangga : Jakarta, 2003
13.  Malole,  M.  B. M., Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium,
ITB : Bandung, 1989
14.  Depkes RI, Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, Depkes RI : Jakarta, 1979



Tidak ada komentar:

Posting Komentar